Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: “Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” (Mrk. 2:18)
Orang yang beragama pasti akan taat melakukan setiap aturan-aturan yang ada di dalam kepercayaannya. Aturan keagamaan tersebut sifatnya mengikat dan baku, aturan tersebut berlaku bagi setiap pemeluknya. Namun aturan yang baku tidak harus dipahami secara kaku. Orang-orang Farisi dan murid-murid Yohanes salah memahami makna puasa, mereka berpikir bahwa puasa hanya untuk menaati aturan keagaaman saja. Maka dari itu, Tuhan Yesus menjelaskan kepada mereka tentang konsep puasa yang sesungguhnya. Puasa bukanlah sekedar pengulangan kegiatan agama yang dilakukan tanpa makna. Puasa adalah cara kita merendahkan hati di hadapan Tuhan, sehingga melalui puasa membuat kita lebih bergantung dan merasakan pimpinan Allah.
Seringkali orang-orang farisi dan mungkin juga kita, kita berpuasa dengan menunjukkan raut muka yang lesu dan pucat supaya orang melihat kita sedang berpuasa. Puasa bukanlah ajang pamer kerohanian, biarlah apa yang kita lakukan hanya Tuhan Yesus yang tahu. Puasa yang kita lakukan hendaknya dipahami dan dihayati dengan makna yang benar. Dengan berpuasa kita lebih bersandar kepada pimpinan-Nya, membuat kita semakin membenci dosa dan mencintai firman-Nya. Carilah perkenanan Tuhan, bukan perkenanan manusia. Biarlah Tuhan Yesus saja yang menilai setiap apa yang kita lakukan.
Puasa adalah salah satu cara kita untuk merendahkan hati dihadapan Tuhan, bukan untuk ajang pamer. God bless!!!
No Comments