Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan (Mat. 27:31)
Pada umumnya, tidak ada orang yang diam saat dianiaya, kebanyakan orang pasti ingin membalas setiap perbuatan buruk yang orang lain lakukan pada kita. Namun, balas dendam akan membuat rantai kebencian semakin panjang. Hari ini kita belajar dari sikap Yesus saat menghadapi penganiayaan. Reaksi Yesus terhadap ketidakadilan atas diri-Nya terkesan janggal di mata orang banyak. Ia terlihat pasrah dan menerima perlakuan yang tidak adil. Penyesahan cara Romawi dilakukan dengan melucuti pakaian korban serta merentangkan tubuhnya pada sebuah tiang atau membungkukkan tubuhnya di atas sebuah tiang yang pendek dengan tangannya diikat. Alat penyesahnya adalah sebuah gagang kayu pendek dengan beberapa tali kulit di ujungnya ada besi. Membayangkan apa yang dialami Yesus tentu akan membuat hati kita sakit dan sedih.
Dari hal ini kita belajar, bahwa kita tidak perlu membalas setiap kejahatan yang dilakukan orang kepada kita. Pengampunan adalah balas dendam terbaik bagi orang yang menyakiti kita. Dunia menganggap hal itu bodoh, tetapi tidak dengan Kristus. Bukankah firman Tuhan menuliskan bahwa ‘pembalasan adalah hak-Ku.’ (Rm. 12:19) Yesus terlihat diam saat dianiaya. Bukan karena Ia tidak berdaya. Ia adalah Allah yang Mahakuasa, Ia dapat melakukan apa pun untuk membalas perlakuan mereka. Ia tahu kehendak Tuhan atas hidup-Nya, demikian pula dengan hidup kita, dalam keadaan tertindas dan teraniaya carilah kehendak Tuhan.
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan (Rm. 12:19). God bless!!!
No Comments