“Tetapi Yesus berkata: “Sudahlah itu.” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.” (Luk. 22:51)
Dalam hubungan kita dengan orang lain baik keluarga, teman, atau orang disekitar kita, mungkin kita pernah diperhadapkan dengan pergumulan untuk tetap berbuat baik kepada orang yang bersikap tidak baik kepada kita, atau bahkan orang yang telah menyakiti kita. Dalam ayat bacaan hari ini, kita dapat membayangkan betapa mencekamnya situasi saat Yesus ditangkap. Yesus mengalami keadaan yang begitu menyakitkan, yaitu ketika Ia dikhianati oleh Yudas yang merupakan murid-Nya sendiri dengan ciuman (ayat 47). Namun selanjutnya kita dapat melihat sikap Yesus yang menyembuhkan hamba Imam Besar yang telinga kanannya putus karena dihunus pedang oleh para murid Yesus lainnya (ayat 51).
Sikap Yesus tersebut menjadi teladan bagi kita untuk mengutamakan kasih diatas apapun juga, sekalipun keadaan situasi yang kita hadapi menyakitkan. Kasih yang Yesus ajarkan kepada kita adalah kasih yang tidak bersyarat, kasih yang tidak pilih-pilih dan tidak menyimpan kebencian. Menyimpan kebencian hanya akan membuat kita menderita. Ketika kita disakiti lalu kita memilih untuk membalasnya dengan menyakitinya kembali, kita tidak akan bisa memutus rantai kebencian. Malahan hidup kita akan dikuasai oleh rasa dendam, sakit hati, dan kemarahan, dan pada akhirnya kita tidak merasakan damai sejahtera. Teladan yang Yesus ajarkan kepada kita sungguh berbeda dengan yang diajarkan dunia. Secara manusiawi mungkin rasanya mustahil untuk dilakukan, akan tetapi ketika kita memilih untuk mengalahkan kebencian dan rasa sakit di hati kita dan membalasnya dengan kasih, maka kita telah melakukan apa yang Tuhan inginkan, karena seperti yang kita ketahui, bahwa Allah kita adalah kasih.
Kasih yang sejati akan tetap mengampuni meskipun telah disakiti. God bless!!!
No Comments