Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain. (Mrk. 9:50)
Pada saat itu garam merupakan komoditas yang paling dicari orang, harganya mahal, bahkan dijuluki “emas putih.” Yesus pun menyamakan kita dengan garam, kata-Nya, “Kamu adalah garam dunia” (Mat. 5:13). Selain karena berharga, garam merupakan barang yang sangat berguna bagi manusia. Kegunaannya yang dirasakan oleh masyarakat membuat garam menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dapat dibayangkan, jika di dunia tidak ada garam, maka makanan akan menjadi hambar dan tidak enak untuk dinikmati. Dengan analogi itu, Tuhan Yesus mengingatkan kepada semua pengikut-Nya untuk hidup memberi rasa kepada orang-orang disekitar.
Dunia membutuhkan kita, yaitu untuk memberi kenikmatan dan cita rasa yang berbeda kepada dunia yang semakin jahat. Kehadiran orang percaya harus menjadi pembawa terang kemuliaan Tuhan, sehingga kegelapan tidak ada lagi. Bukankah Tuhan Yesus dalam doanya menyatakan agar keadaan ‘di bumi seperti di sorga’? Hal itu akan terealisasi jika orang Kristen melakukan fungsinya sebagai garam, bukan berdiam diri. Bukankah salah satu penyebab kejahatan adalah karena orang-orang baik diam? Kita harus menjaga kualitas garam dalam hidup kita supaya tidak menjadi hambar. Hal itu dapat dilakukan jika kita selalu terkoneksi dengan Tuhan Yesus.
Kualitas hidup kita akan semakin terlihat jika terus terkoneksi dengan Tuhan Yesus, sehingga kita hidup menjadi garam. God bless!!!
No Comments