Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Mrk. 9:35)
Semua orang ingin hidupnya di hargai, tidak ada yang ingin hidupnya direndahkan. Orang-orang berlomba mencari popularitas atau ketenaran demi mendapatkan kehormatan. Tampaknya perkara ini pun juga dialami para murid, mereka mempersoalkan tentang siapa yang terbesar. Ironis sekali, sementara Yesus dengan penuh pilu mulai mewartakan penderitaan-Nya di sepanjang jalan perjalanan menuju Yerusalem, fokusnya hanya untuk jiwa-jiwa, tetapi para murid justru sibuk bergunjing soal kehormatan, “mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.” Yesus pun menegur mereka dengan mengambil seorang anak kecil, jika ingin menjadi terbesar harus melayani seorang anak kecil. Hal ini memang tidak lazim.
Hal ini merupakan pesan yang penting untuk hidup kita, bahwa Yesus menolak gaya hidup yang berpusat pada diri sendiri, sebagaimana dipertontonkan oleh para murid. Sebab begitu banyak orang yang jatuh oleh karena kekuasaan. Kita harus memahami bahwa kebesaran itu bukanlah kedudukan, jabatan, atau keberhasilan yang besar lainnyya. Itu bukanlah apa yang kita kerjakan bagi Allah, tetapi keadaan rohani kita di hadapan Dia. Dari pada sibuk mencari perkenanan manusia, alangkah lebih baiknya mengejar perkenanan Tuhan Yesus.
Apa yang kita kejar di dunia ini bersifat sementara, namun apa yang kita kejar untuk Tuhan bersifat kekal. God bless!!!
No Comments