Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. (Mrk. 3:4)
Orang Yahudi adalah orang yang sangat menjunjung tinggi hukum Taurat, salah satunya mengenai peraturan hari Sabat. Pada hari Sabat, orang Yahudi dilarang untuk bekerja. Menyembuhkan orang menurut aturan Taurat dapat dikategorikan sebagai kerja. Pada hari Sabat, Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh sebelah tangannya. Melihat apa yang dilakukan Yesus, bagi orang Farisi, itulah saat yang paling tepat untuk menangkap Yesus, sebab mereka punya alasan kuat untuk mempersalahkan Yesus. Yesus pun menanggapi jebakan orang-orang Farisi dengan cerdik. Ia menyembuhkan orang yang lumpuh sebelah tangannya dengan cara yang tidak dikategorikan sebagai kerja. Ia hanya meminta orang yang lumpuh tersebut berdiri di tengah (ay. 3). Yesus pun berusaha menjelaskan bahwa jangan sampai aturan keagamaan menjadi penghalang untuk melakukan kebaikan.
Dimana pun berada, kehadiran orang Kristen harus menjadi berkat, salah satunya dengan berbuat baik. Kebaikan harus menjadi gaya hidup orang percaya. Yakobus 4:17 menuliskan bahwa barang siapa tahu berbuat baik tetapi tidak melakukannya, ia berbuat dosa. Tahu firman tidaklah cukup tanpa mempraktekkannya. Teologi tanpa kontribusi hanyalah kesia-siaan. Iman yang benar harus menghasilkan tindakan nyata yang berdampak bagi diri sendiri dan orang lain.
Melakukan kebaikan bagi sesama jauh berharga dibandingkan dari aturan agama. God bless!!!
No Comments