Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!” Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. (Mat. 21:19)
Saat seseorang menanam pohon mangga, tentu orang tersebut mengharapkan buah mangga dari pohon tersebut. Jika pohon tersebut tidak berbuah, tentu pohon tersebut lebih baik ditebang dari pada daun-daunnya akan menjadi sampah. Hal serupa tampaknya dialami oleh Tuhan Yesus, pada saat Ia ingin mencari buah ara, Ia tidak mendapati buah ara pada pohon tersebut. Pada akhirnya Tuhan Yesus mengutuk pohon ara tersebut. Memang pada saat itu belum musimnya buah ara berbuah. Jika demikian, apakah berarti Tuhan Yesus yang bersalah? Anggapan seperti ini pun adalah salah. Ternyata pohon ara sebelum memasuki musim berbuah, ia akan mengeluarkan buah-buah awal. Buah awal ini menjadi pertanda apakah pohon ara tersebut akan berbuah atau tidak. Jika tidak mengeluarkan buah awal, hal ini menunjukkan bahwa pohon ara tersebut tidak akan berbuah.
Dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, kita diselamatkan untuk hidup berbuah. Tuhan Yesus tidak menginginkan kita hidup tanpa perubahan. Berbicara tentang buah, hal ini menjelaskan bahwa kehidupan kita harus bisa dinikmati oleh Tuhan Yesus dan orang lain. Ranting tidak akan berbuah jika tidak melekat pada pokoknya, demikian pula dengan hidup kita, kita tidak akan berbuah jika tidak melekat kepada Kristus (Yoh. 15:5-6). Setiap hari yang kita jalani adalah kesempatan untuk hidup menghasilkan buah. Fokuslah untuk menjadi berkat buat orang lain, bukan untuk diri kita sendiri.
Pergunakanlah waktu yang ada untuk hidup menjadi berkat bagi Yesus dan orang lain. God bless!!!
No Comments