Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mat. 19:6)
Dewasa ini, perceraian di dalam pernikahan merupakan sesuatu yang sudah biasa, baik dikalangan orang percaya maupun tidak percaya. Hampir tiap hari, bahkan kita sering melihatnya di berita televisi. Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Tanah Air mencapai 447.743 kasus pada 2021, meningkat 53,50% dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 291.677 kasus. Laporan ini menunjukkan kalangan istri lebih banyak menggugat cerai ketimbang suami (Sumber: Databoks). Parahnya lagi, hal ini juga kerap terjadi dikalangan orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Firman Tuhan dengan jelas menuliskan, bahwa “apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Perceraian terjadi oleh karena ego manusia yang sukar ditundukkan. Saat terjadi permasalahan, kecenderungan manusia saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya, merasa paling benar sendiri. Tuhan memiliki maksud terbaik ketika Dia menetapkan pernikahan, hidup membujang, maupun penyelesaian masalah rumah tangga. Melalui pernikahan, Yesus mengharapkan kerajaan Allah ditegakkan atas keluarga-keluarga Kristen, sehingga kehadiran keluarga Kristen dapat menjadi berkat. Saat terjadi permasalahan atau ketidaksepahaman perlu melibatkan Tuhan, supaya apa yang kita putuskan bukan karena kemauan kita, tetapi kemauan Tuhan. Tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya, hanya saja sepasang suami istri mau duduk berdoa dikaki Tuhan atau tidak untuk mencari solusinya. Perceraian bukanlah solusi, hanya akan menambah permasalahan lain.
Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. (Mzm. 127:1). God bless!!!
No Comments