Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat. 9:15)
Ada 3 praktik keagamaan penting yang dilakukan oleh orang Yahudi: bersedekah, berdoa dan berpuasa. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus dalam khotbah-Nya yang pertama di atas bukit memembas ketiga hal tersebut (Matius 6:1-18). Pada waktu itu datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis kepada Tuhan Yesus, mereka bertanya mengapa murid-murid-Nya tidak berpuasa? Mendengar hal itu Tuhan Yesus menjawab, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (ay. 15). Tuhan Yesus tidak membela diri, sebab Tuhan Yesus pun telah mempraktekkan puasa selama 40 hari (Mat. 4:1-11). Yesus mengharapkan orang percaya berpuasa setelah Dia kembali ke sorga. Masa ini adalah masa ketidakhadiran “mempelai laki-laki”, yaitu dari saat kenaikan-Nya ke sorga sampai kedatangan-Nya kembali.
Puasa merupakan cara kita merendahkan diri kita di hadapan Tuhan, sebagai kerinduan dan persiapan kita menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali. Adakah hari-hari ini kita mau mengambil waktu untuk berpuasa? Kedatangan-Nya sudah semakin singkat, apakah kita sudah mempersiapkan hidup kita sebaik mungkin untuk menyongsong kedatangan-Nya? Tidak ada yang tahu kedatangan-Nya, maka dari itu rendahkanlah diri kita dikaki Tuhan, kita meminta perkenanan-Nya dilimpahkan atas hidup kita. Sehingga saat Tuhan Yesus datang menjemput kita, Ia mendapati kita berkenan di hadapan-Nya. Fokuslah kepada perkara rohani, bukan duniawi. Berpuasalah bukan untuk dilihat manusia, tetapi supaya kita berkenan di hadapan Tuhan Yesus.
Puasa bukanlah ajang meninggikan diri di hadapan manusia, tetapi merupakan salah satu cara kita merendahkan hati di hadapan Allah. God bless!!!
No Comments