Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. (Mat. 8:3)
Seringkali kita bertanya kepada Tuhan, mengapa permohonanku tidak dikabulkan? Apakah Tuhan tidak mendengar? Apakah Tuhan tidak mengasihiku sehingga membiarkanku dalam keadaan sengsara? Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul di dalam benak hati kita. Satu hal yang harus disadari adalah Tuhan pasti sangat mengasihi kita, Dia tidak mungkin membiarkan kita sendiri.
Setelah berkhotbah dengan banyak pengajaran di bukit, Yesus bertemu dengan orang yang mengalami sakit kusta. Ia datang kepada Tuhan Yesus dengan kata-kata yang sederhana tetapi penuh dengan iman, “. . . lalu sujud menyembah Dia dan berkata, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” (Mat. 8:2). Sebuah permohonan yang didasarkan kepada kehendak Tuhan, bukan keegoisan pribadi. Kata-kata tersebut mengandung arti bahwa ia percaya bahwa Yesus dapat melakukan segala sesuatu sesuai kehendak-Nya. Selain itu kata-kata tersebut juga mengandung arti bahwa Ia tidak memaksa Tuhan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya, orang kusta ini menundukkan diri di hadapan Tuhan Yesus.
Bagaimanakah sikap hati kita dalam memohon kepada Kristus? Apakah kita membiarkan kehendak-Nya yang terjadi dalam hidup kita atau sebaliknya? Iman memang dibutuhkan saat memohon kepada Yesus, tetapi iman yang benar adalah iman yang tunduk kepada Allah, bukan iman yang memaksa. Marilah kita mempunyai iman dan pemahaman yang benar ketika memohon kepada Tuhan Yesus yaitu dengan keyakinan dan ketundukan, karena semua akan terjadi sesuai kehendak-Nya. Mintalah belas kasihan-Nya.
Sekalipun Yesus memiliki kemampuan, tetapi biarlah Dia bertindak sesuai kemauan-Nya. God bless!!!
No Comments